Kakak NIM yang pertama saya wawancara adalah Kak Steffie Tanzil TI 08. Karena Kak Steffie sedang KP, maka wawancara saya jalankan via sms. Sayangnya, Kak Steffie mengaku tidak begitu aktif dalam kegiatan-kegiatan MTI sehingga dia tidak bisa menjawab pertanyaan saya mengenai budaya atau nilai MTI. Sedangkan untuk budaya kakak nim, dia juga mengaku tidak tahu tentang hal tersebut.
Selanjutnya saya mewawancarai Kak Ferzy Nugraha dari angkatan 2009. Menurut Kak Ferzy, nilai yang menurut dia paling menonjol adalah efisiensinya. Para anggota MTI sangat menjunjung tinggi efisiensi dan hal ini mempunyai dampak positif dan negatif pada kinerja MTI. Di satu sisi, karena menjunjung tinggi efisiensi waktu, para anggota MTI dapat bekerja dengan sangat terorganisir dan kepengurusan MTI pun dapat dijalankan dengan sangat teratur bila dibandingkan dengan himpunan lain. Namun di sisi yang lain, hal ini mengakibatkan sedikitnya minat anggota MTI terhadap diskusi-diskusi kajian seperti Forsil atau Kongres Mahasiswa. Dalam pengkajian suatu hal, diskusi yang berlangsung akan menjadi panjang karena pendapat setiap orang yang berbeda dan hal ini, dari sudut pandang seorang anggota MTI, sangatlah tidak efisien karena terlalu menyita waktu. Akibatnya, kebanyakan anggota MTI tidak ingin mengikuti diskusi semacam ini. Budaya yang menurutnya paling menonjol menurut Kak Ferzy saat ini adalah degradasi mutu angkatan. Menurutnya, angkatan 2006 adalah angkatan MTI yang sangat bagus kinerjanya, namun angkatan 2007 tidak dapat menyamai reputasi angkatan 2006 karena kurangnya totalitas seluruh angkatan secara bersama. Walau ada banyak individu berpotensi pada angkatan tersebut, namun karena sisanya kurang mendukung individu-individu tersebut, angkatan 2007 menjadi kurang berhasil dibanding yang sebelumnya. Degradasi ini lalu berlanjut ke angkatan 2008, terutama karena adanya masa TPB sehingga masa PPAB dan perkenalan ke himpunan baru dimulai pada tahun kedua di saat anggota angkatan 2008 mungkin sudah mempunyai prioritas lain di unit atau Kabinet. Sama seperti sebelumnya, hal ini juga berlanjut ke angkatan 2009. Kak Ferzy juga berpendapat bahwa degradasi ini terjadi karena kurangnya role model atau panutan yang dapat ditiru oleh angkatan yang lebih muda. Ketika angkatan 2008 memasuki MTI, mereka tidak menemukan adanya kinerja bermutu tinggi dari angkatan 2007 sehingga mereka yang berniat aktif di MTI pun akhirnya menciut, dan hal ini berlanjut ke angkatan bawahnya.
Wawancara yang terakhir saya adakan adalah dengan Kak Leni Junita dari angkatan 2007. Ia berpendapat bahwa nilai-nilai yang paling menonjol di MTI adalah kekeluargaannya, komitmen anggotanya dalam menjalankan kewajiban, dan pengembangan yang didapat melalui kontribusi anggota terhadap MTI. Kalau budaya yang paling menonjol baginya adalah keakraban dalam angkatan karena dalam angkatannya Kak Leni merasa sudah sangat dekat sesame 2007. Sedangkan dengan angkatan lain seperti 09 dirasa kurang keakrabannya. Untuk hal yang paling berkesan di MTI adalah acara-acara yang diadakan (seperti wisuda, IECOM, dll) karena panitia akan menyiapkan acara-acara ini dengan sepenuh hati dan pelajaran yang didapat besar sekali. Mengenai budaya kakak NIM kak Leni mengaku tidak begitu mengetahui karena hal ini baru diterapkan dari angkatan di bawahnya. Budayanya pun terbatas pada wawancara adik kelas tentang MTI, tidak ada yang bertanya tentand akademik atau menjadi dekat dengan kakak nim nya. Dia sendiri mengaku tidak mengerti tujuan yang dicapai dari adanya kakak nim.